Pernahkah saudara mendengar tentang suatu kasus kematian seseorang yang kemudian ingin diketahui siapa dan apa penyebab kematiannya? Ya, Benar! Pasti yang terlintas dibenak adalah proses identifikasi forensik. Mari mengenal apa itu identifikasi secara forensik.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan
identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus
pidana maupun
perdata.Menentukan
identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena
adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada
jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar
dan kecelakaan massal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak
korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu
identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti
penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orang tuanya. Identitas
seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan
memberikan hasil positif (tidak meragukan).
Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan
sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemortem. Sampai
saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui
paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.
Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya
terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya
dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong
plastik.
Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang
merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif
pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah
dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut
berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah
tersebut.
Pemeriksan Dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (
KTP,
SIM,
Paspor)
dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang
dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut. Perlu diingat
pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang
berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.
Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat
diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut. Khusus anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.
Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi
tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan
sejenisnya. Data khusus meliputi
tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh
seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk
pemeriksaan dengan
sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.
Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data
gigi (
Odontogram)
dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual,
sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data tentang
jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.
Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki
susunan gigi yang khas. engan demikian dapat dilakukan indentifikasi
dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding
antemortem.
Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan
serologik
betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan
darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa
rambut, kuku dan tulang.
Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik
DNA yang akurasi nya sangat tinggi.
Metode Eksklusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah
orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat
udara, kapal laut dan sebagainya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan
menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa
korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut di atas,
maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.
Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)
Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan
berasal dari manusia atau hewan. Bilamana berasal dari manusia,
ditentukan apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh.
Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan
keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita,
serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.
Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat
digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara
makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan
serologik berupa reaksi antigen-
antibodi (reaksi
presipitin).
Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik dan
harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan
kromatin seks wanita, seperti
Drumstick pada
leukosit dan
badan Barr pada
sel epitel serta jaringan
otot.
Identifikasi Kerangka
Upaya identifikasi pada
kerangka
bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka
manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi badan, ciri-ciri
khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi
wajah. Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan
sebab kematian. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memeperhatikan
kekeringan tulang.
Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data
antemortem. Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan
metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto
Rontgen
tulang tengkorak di atas foto wajah orang tersebut yang dibuat
berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang sama. Dengan
demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.
Pemeriksaan Anatomik
Dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia. Kesalahan
penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam
hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).
Penentuan Ras
Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya.
Arkus zigomatikus dan
gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras
Mongoloid.
Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak,
sternum, tulang panjang serta
skapula dan
metakarpal. Sedangkan tinggi badan dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli.
Melalui suatu penelitian,
Djaja Surya Atmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia;
- TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) +1,0459(fib) (lk 4,8684)
- TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) + (lk 4,9526)
- TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (lk 5,0226)
Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2
milimeter dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tingi badan
perlu diperhatikan.
Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada
rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan,
maka diperhitungkan ratio laki-laki banding wanita adalah 100:90.
Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang sangat dianjurkan.(Khusus
untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang digunakan adalah panjang
tulang yang diukur dari luar tubuh berikut kulit luarnya).
Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki juga dapat
digunakan untuk menilai tinggi badan.Bila tidak diupayakan rekonstruksi
wajah pada tengkorak dengan jalan menambal tulang tengkorak tersebut
dengan menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada berbagai titik di
wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk memperoleh
masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.