Patah hati itu sakit. Sudah pasti.
Akankah kita berhenti sampai di sini? Padahal dunia terus berputar dan berjalan, tak peduli kita patah hati atau tidak.
Coba sejenak lihat dan tatap dunia luar sana. Ah, aneh-aneh saja sih
permintaan saya ini. Jangan protes, dicoba dulu. Siapa tahu ini juga
bisa sedikit membantu kita untuk keluar dari kubangan patah hati. Apa
kita mau patah hati terus? Menangis terus? Menyesali nasib kita terus? Ah, saya yakin tidak.
Kita yang sedang sakit karena penolakan ini ya sudah seharusnya tetap
berjuang. kembali ke jalan yang lurus, yaitu hidup yang penuh optimisme.
eng, ing , eng. kok mudah banget siy diucapkan, menjalaninya itu yang
tidak mudah. Ya iyalah, kalau mudah sih, tak perlu saya mencari obatnya
di blog ini. Tapi saya juga butuh dukungan anda. Tak bisa saya mencari
obat sendiri. dengan sharing dan berbagi di sini, kita akan lebih kuat
melangkah.
Yup, kalau kita renungkan. Ehm.. pernah lho saya
punya pengalaman jatuh ke dalam lubang patah hati versi sebelumnya.
Bukan penolakan cinta waktu itu. tetapi penolakan proposal skripsi.
Waduw sakit rasanya.
Saya tinggalkan, mencoba menghindari.
Menyibukkan diri dengan aktivitas lain. Sama sekali tidak menyentuh
skripsi setahun lamanya. Gila tidak? Setelah saya sadar, saya justru
heran dengan kegilaan yang pernah saya alami. Itulah anehnya kita. Saat
patah hati kita tidak merasa diri kita menjadi “aneh”. setelah sembuh
barulah sadar kalau kita pernah jadi orang “aneh”. He he he.. wajarlah.
Orang gila tak mungkin menyebut dirinya gila bukan?
Jadi kalau
kita masih bisa menyadari kalau kita ini patah hati itu bagus. Justru
awal dari kesembuhan. Sudah ada setitik cahaya terang, walo masih tetap
remang-remang.
Ya, stadium penyakit patah hati akan semakin parah
bila kita masih mengindari, menolak, tidak menyadari kalau kita sendiri
sedang patah hati. Gawat ini!!!
Dalam kondisi stadium lanjut ini
kita akan melarikan diri dari realita. Coping (cara mengatasi) rasa
patah hati pun bisa tidak rasional. Misalnya: bunuh diri. waduh.. parah
banget.
Kalau yang kronis tapi tidak terlihat nyata jadi seorang
“pematah hati”. Artinya.. dia menjadi puas bila bisa membuat patah hati
orang lain. Duh, gawat ini. Tak percaya lagi dengan lawan jenis, bisa
menjadi lesbi atau homo. waduh.. kok makin parah aja niy.. Saya jadi
takut untuk melanjutkan ide yang tiba-tiba mengalir dalam otak saya ini.
Jadi, saya senang bila kita masih menyadari patah hati kita dan
berusaha menyembuhkannya dengan cara yang baik. Agar tidak berlanjut
menjadi patah hati yang kronis.
Cara mengobati patah hati:
1. Menyadari bahwa diri kita sedang patah hati, jangan merasa sok tidak
patah hati, padahal hati kita menangis darah. Belagu itu! Patah hati itu
emang sakit bro! Ga usah di dramatisir lagi, tar tambah parah dech.
2. Menyadari, patah hati itu bisa menimpa siapa saja tanpa pandang
bulu, derajad, pangkat, status sosial, usia etc. Jadi wajar saja bila
suatu saat bisa menimpa diri kita.
3. Berusahalah untuk mengobatinya. Cari dokter patah hati ya? =)
a. Ambil sejumput niat lurus untuk menyembuhkan patah hati.
Bismillah dulu ya.. (syukur-syukur ada teman curhat dan
bisa membantu, menemani penyembuhan patah hati kita)
b. Ambil sepucuk daun muhasabah (evaluasi diri)
Coba ingat-ingat kesalahan, kekurangan,
kesombongan yang kemungkinan besar menjadi faktor
ditolaknya harapan atau cita-cita kita oleh Allah
c. Memperbanyak istighafar, taubat agar dosa-dosa kita
berguguran. Bisa jadi rasa sakit karena patah hati adalah
upaya Allah untuk menegur kita agar kembali dan mendekat
padaNya. Ada yang salah dari diri kita dan itu yang perlu kita
benahi.
Dengan istighfar maka akan membuka pintu kesadaran kita
yang selama ini mungkin terkunci oleh debu-debu dosa. Jika
kita jarang membersihkan, maka debu-debu itu akan menebal.
Otomatis kepekaan hati kita akan kebenaran juga berkurang.
d. Yakinlah bahwa semua ada hikmahnya. Bila saat ini belum kita
ketahui, mungkin seiring berjalannya waktu kita akan
menemukan hikmah itu. Huznudzon (positif thinkinglah sama
ketentuan Allah).
Dan positi thinking ini berbanding lurus
dengan keimanan kita. Bila kondisi iman kita baik, Insya Alloh
kita akan bisa tetap menjaga huznudzon kita pada Allah.
Tetapi bila kondisi kita sedang futur (iman lagi turun), maka
bisa jadi huznudzon kita berangsur-angsur melemah, bahkan
berubah menjadi suudzon (negatif thinking) dengan Allah.
Bahaya itu! Bukankah “ALLAH SESUAI DENGAN PRASANGKA
HAMBANYA”. Jadi jagalah agar kita senantiasa punya
prasangka baik/positif thinking/huznudzon pada kehendak dan
ketentuanNya. Oke???
e. Menyibukkan diri dengan aktivitas yang bermanfaat. Biarkan
waktu yang akan menyembuhkan luka. Sampai kita
menemukan hal lain yang Insya Allah akan lebih baik untuk
kita.
Ingatlah Hanya Allah saja yang Maha Tahu Baik Tidaknya sesuatu untuk
Kita.. Boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal itu buruk untuk kita dan
boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik untuk kita.
Pandangan manusia terbatas. Belajarlah untuk Ikhlas atas segala
ketentuanNya.
salam santun penuh damai....Assalamu'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,met pagi dan optimis selalu yach......buang
jauh masa lalumu dan sambutlah masa depan karena akan ada yang lebih
indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar